Review Film Lara Ati [2022]

admin
29 Jan 2023
Review Film Lara Ati [2022]

Notif: Dalam review film Lara Ati kali ini mengandung sedikit spoiler yang mungkin akan mengganggu. Jadi, bagi kamu yang tidak suka dengan bocorannya mending skip dulu, ya.

Rilis di tengah-tengah gempuran film bernuansa horor, Lara Ati malah menyajikan cerita cinta lawas yang di bumbui budaya Jawa sangat kental. Menjadi debutnya sebagai sutradara, Bayu Skak di sini tampil dengan sangat meyakinkan.

Melalui cara Bayu menggarap Lara Ati, kamu dapat mengetahui bagaimana imajinasi serta keseriusan dari komika muda tersebut sebagai sutradara debutan. Lara Ati sendiri merupakan film dengan genre romcom yang di buat SKAK Studios dan BASE Entertainment.

Selain pemeran utama yang di isi oleh Bayu Skak, review film Lara Ati ini juga di bintangi beberapa aktor dan aktris ternama, sebut saja Sahila Hisyam, tatjana Saphira, Ciccio Manssero, hingga Keisya Levronka. Lebih menariknya lagi, dialog Lara Ati hampir semuanya menggunakan bahasa Jawa serta di lengkapi soundtrack musik Jawa yang sangat enjoyable.

Film ini menceritakan tentang pertemuan dua teman saat kecil, ketika era putus cinta. Ingin tahu lebih rinci tentang pertemuan antara Bayu dengan Tatjana Saphira? Baca ulasan di bawah ini!

Sinopsis dan Review Film Lara Ati

Niat ingin memperlihatkan prestasi baru terhadap calon mertua, Bayu Skak yang memerankan karakter Joko justru di buat bingung dengan pertunangan kekasihnya.

Farah yang di perankan oleh Sahila Hisyam lebih memilih bertunangan dengan laki-laki lain yang kehidupan ekonominya lebih baik daripada Joko.

Merasa patah hati, Joko tak mampu menyembunyikan isi hatinya. Kehidupan Joko kemudian langsung suram, sehingga membuat teman-temannya merasa kasihan. Tidak rela melihat sahabatnya di landa kesedihan, teman-temannya mengajak Joko untuk pergi ke suatu cafe.

Joko pada awalnya merasa kurang nyaman berada di cafe, tapi beberapa lagu bertemakan patah hati yang di putar di sana membuatnya dapat meluapkan perasaan hatinya. Bahkan, ketika asyik menyanyi ada seorang perempuan yang merasakan hal serupa dengan Joko.

Perempuan tersebut adalah Ayu yang di perankan tatjana Saphira, dia menyanyi dengan lantang seperti meneriakkan perasaannya. Joko pun langsung di buat takjub dengan kehadiran Ayu, karena wanita tersebut sama-sama penggila kecap sama dengannya.

Tapi, pertemuan tersebut tidak berlangsung lama, karena adik Joko bernama Ajeng  [Keisya Levronka] tak sengaja mengatakan rahasia ke orang tua mereka. Dalam review film Lara Ati, Joko mengaku dia gagal bertunangan dengan farah lantaran kalah dengan pria lain. Kedua orang tua Joko bahkan merasa kecewa karena fakta tersebut.

Sementara itu, Joko baru paham jika ponselnya tertukar dengan ponsel milik Ayu. Hari berikutnya, mereka kemudian bertemu di sebuah tempat nongkrong. Dari situlah mereka menyadari bahwa keduanya ialah teman waktu kecil yang lama berpisah.

Romcom Relateable Sekaligus Ringan

Film ini tak terlalu lama untuk membangun permasalahan yang dialami oleh beberapa pemeran di sepanjang cerita.

Karena semenjak 10 menit awal, kamu dapat melihat bagaimana perasaan Joko ketika mengetahui bahwa dia di tinggal tunangan sang pacar yang selanjutnya menjadi konflik pada film ini. Dengan durasi hanya 116 menit saja, Lara Ati boleh di bilang tak terlalu lama saat membangun sebuah konflik.

Dengan kemunculan masalah yang muncul di awal-awal kisah, review film Lara Ati dapat menjadi lebih santai ketika bercerita. Hasilnya, film ini jadi film bergenre komedi-romantis yang ringan dan bisa membuat para penonton selalu menikmati setiap adegan yang disajikan.

Disamping itu, penokohan dan juga kisah yang tersedia di sini juga begitu relate dengan perjalanan hidup banyak orang. Pasalnya, Lara Ati tidak hanya berfokus tentang konflik romansa saja, namun juga masalah quarter life crisis yang dialami oleh Joko. Kamu yang ada di fase ini mungkin akan begitut relate dengan kisah percintaan Joko.

Tapi, menurut kami ada sejumlah momen atau kisah pemeran yang tak terlalu penting untuk dimasukkan ke dalam film. Karena cerita ini berfokus kepada perjalanan Joko dengan Ayu, sedangkan kisah karakter itu tidak terlalu berperan penting atas cerita Joko dan Ayu. Sepertinya cerita pemeran yang dimaksud ini lebih cocok digunakan dalam versi series sehingga dapat meringkas durasi film.

Nuansa Jawa yang Sanggup Dinikmati Semua Orang

Sama halnya dengan film Yowis Ben, Bayu tetap memasukkan nuansa Jawa ke dalam Lara Ati. Mayoritas isi percakapan di sini juga memakai bahasa Jawa, tidak terkecuali adegan kocak. Walau demikian, para penonton yang tidak berasal dari orang Jawa masih dapat menikmati semua jenis jokes yang ada di review film Lara Ati.

Pasalnya, film satu ini memperlihatkan kehidupan kekinian orang-orang yang sehari-hari memakai bahasa Jawa. Oleh sebab itu, candaan dan leluconnya juga masa kini, tidak jokes segmented yang hanya bisa di pahami oleh orang Jawa. Memang, ada sejumlah celetukan khas Jawa, namun para penonton masih bisa terhibur dalam adegan tersebut.

Sutradara yang Kreatif

Sesuatu yang paling berhasil menangkap animo di film Lara Ati ialah gaya peyutradaraan yang di bawa oleh Bayu Skak yang terkesan terlalu kreatif. Karena pembawaan itu juga film ini bukan menjadi tontonan dengan tema romcom saja. Karena di sepanjang cerita penonton bisa menonton adegan sekuens animasi, musikal, sampai adegan pertarungan seperti film fiksi.

Harus di akui bahwa Bayu memang sutradara baru yang punya imajinasi serta beragam nilai budaya. Dan salah satu bukti tersebut dapat kamu lihat di film ini. Sebuah film yang mempunyai cerita mainstream, namun menunjukkan imajinasi dan keelokan budaya yang berbeda-beda. Secara menyeluruh, lewat soundtrack hingga dialognya, fokus Bayu adalah bahasa Jawa.

Beberapa momen itu besar kemungkinan ialah hasil percobaan Bayu Skak untuk debut penyutradaan tunggal. Tapi, kami berani berkata kalu percobaan Bayu ini tergolong sukses lantaran beberapa adegan itu memang tepat dengan konsep film serta tidak terasa aneh atau cringe. Terlebih lagi, setiap adegan di review film Lara Ati itu terasa di buat dengan sungguh-sungguh seakan terlihat ‘megah’.

Menjadi Film Yang Unik

Cara Bayu mengajak penonton ikut mendendangkan berbagai lagu galau sampai cintanya dengan bahasa Jawa juga begitu menarik. Tapi, hal yang paling kami sukai ialah pandangan Bayu yang terlihat mengikuti trend dan lebih berwarna.

Dari tone warna, transisi kamera, hingga sinematografi yang di pakai, muncul kesan campuran tontonan khas Thailand serta gaya Netflix yang penuh warna. Kejutan sendiri muncul pada pertengahan hingga ending film, saat adegan animasi yang menunjukkan amarah seorang Joko di perlihatkan.

Jujur saja, kami suka penambahan animasi yang justru membuat Lara Ati tak monoton. Walau singkat, sekuens tersebut berhasil membuat imajinasi Bayu sebagai sutradara terbaca. Bayu tidak monoton serta mengejar berbagai hal yang itu-itu saja, namun ada beragam ide keren yang tersimpan dalam otak Bayu.

Di samping itu, komika muda satu ini ikut memberikan transisi antar momen dan editing dalam momen tertentu yang tidak sering di lihat di perfilman Indonesia. Film ini terbilang jadi debut sutradara tunggal Bayu Skak yang berhasil.

 

Comments