Review Film A Man Called Otto

admin
19 Jan 2023
Review Film A Man Called Otto

Notif: Dalam review film A Man Called Otto mengandung sedikit spoiler yang mungkin mengganggu, jadi bagi kamu yang tidak suka bocorannya mending skip dulu ya.

Selama tahun 2022 lalu, aktor kawakan Tom Hanks bermain di 2 film populer, yakni Elvis [2022] serta Pinocchio [2002]. Performa Tom Hanks dalam kedua film ini tentu saja tidak perlu di remehkan, terlebih lagi Elvis di terima oleh masyarakat dengan begitu hangat.

Nah, awal tahun 2023 ini, dia datang kembali untuk bisa memeriahkan dunia layar lebar melalui film bertemakan drama komedi teranyar dengan judul A Man Called Otto.

Ternyata, review film A Man Called Otto merupakan film kedua yang di ambil dari sebuah novel berjudul A Man Called Ove, karya seorang penulis Fredrik Backman asal Swedia. Sebelum ini, rumah produksi film Swedia sudah lebih dahulu mengeluarkan film yang di adaptasi dari A Man Called Ove [2015]. Film ini di garap oleh Marc Foster dan dibintangi Tom Hanks, Mariana Trevino, Manuel Garcia Rulfo, serta beberapa aktor lain.

Sinopsis dan Review Film A Man Called Otto

Di ceritakan bahwa Otto [Tom Hanks] merupakan pria setengah tua yang gemar ngomel tentang segala sesuatu yang tak di sukainya. Ternyata, dia menjadi kakek yang suka ngomel pasca kehilangan istri tercinta yang sudah meninggal.

Bahkan, dia pun sudah merasa putus asa dengan segala kehidupannya. Sehingga yang ia lihat cuma keburukan sekaligus nasib buruk atas kehidupannya sehari-hari.

Sampai suatu saat, tiba-tiba ada satu keluarga yang datang serta pindah ke rumah yang ada di dekat rumat Otto. Sekarang, ia harus di hadapkan dengan tetangganya yang baru dan di tambah anak-anaknya yang mengusik hari-hari Otto.

Tapi, siapa yang menyangka bahwa kedatangan satu keluarga itu justru membawa perubahan dalam kehidupan Otto. Bahkan dia jadi orang yang lebih baik, ramah, serta berani membuka hari-harinya agar bisa bersosialisasi lagi.

Menawarkan Cerita Enteng yang Menghangatkan Suasana

Review Film A Man Called Otto menyediakan cerita yang enteng dan simpel namun sangat relate dengan fakta kehidupan sehari-hari. Otto yang diperankan oleh Tom Hanks, yakni pria lansia yang tinggal seorang diri selepas sang istri meninggal.

Di karenakan pribadinya yang perfeksionis dan pemarah, Otto muncul sebagai pria yang sangat menyebalkan dalam kehidupan perumahan. Tapi, keadaan itu mulai berubah saat Tommy dan Marisol datang di sebelah rumahnya sekaligus menjadi tetangga baru.

Kebalikan dengan Otto, Tommy dan Marisol mempunyai watak yang ceria dan hangat kepada siapapun. Hubungan antara Marisol sebagai pribadi yang ramah dengan Otto yang punya watak mudah marah sukses membuat sisi komedi yang natural sekaligus hangat dalam film ini. Di tambah lagi, para penonton juga dapat bertemu dengan tetangga Otto yang lain bernama Jommy yang tidak kalah kocak disini.

Selain menawarkan elemen komedi, A Man Called Otto pun juga menyediakan sisi drama yang terbilang sangat kuat. Di balik hubungan antara Otto dan Marisol yang terkesan lucu, perbedaan karakter keduanya akhirnya memunculkan sebuah konflik. Di mana kemudian mengungkapkan perjalanan masa lalu milik Otto yang sangat sedih.

Proses pembentukan hubungan antara Otto dengan beberapa tetangganya betul-betul dibangun dengan hangat. Bahkan mampu menggugah hati para penonton yang melihat filmnya.

Film Kehilangan yang Sanggup Menitihkan Air Mata

Kalau kamu hanya melihat trailer dari A Man Called Otto, mungkin kamu berpikir kalau film ini sekedar drama komedi yang bertemakan keluarga biasa seperti drama-drama lain pada umumnya.

Tapi nyatanya, film satu ini menawarkan konsep yang jauh lebih depresif dan gelap dari beragam adegan yang di lihat dalam trailer. Yakni mengenai bagaimana seorang pria yang belum siap menghadapi kehilangan sosok yang begitu dicintainya.

Otto yang sangat menyayangi istrinya sudah jelas terpukul dengan kematian wanita yang di cintai. Setelah insiden itu, dia menjadi lebih menyebalkan, semakin pemarah, serta kehilangan semangat lantara belum mampu move on atas kematian tersebut.

Karena perilakunya yang sangat menyebalkan ini, para tetangga yang ada di dekat Otto jadi kurang menyadari kalau dia sudah berada di tahap depresi serta memiliki niatan yang sangat kuat agar bisa segera mengakhiri hidup.

Hanya dengan melihat trailernya saja dan tanpa menonton movie versi Swedia serta tidak membaca novel asli, kami terkejut bahwa film ini nyatanya menawarkan konsep yang begitu depresif. Para penonton bahkan bisa melihat bagaimana sosok Otto yang mencoba untuk bunuh diri sebanyak 4 kali di sepanjang jalan cerita.

Melalui konsep yang depresif ini, review Film A Man Called Otto sebetulnya memiliki pesan yang sangat mendalam mengenai bagaimana orang-orang perlu peduli dengan sesamanya agar bisa menyelematkan kehidupan seseorang yang mengalami depresi hebat.

Kemudian sosok bernama Marisol datang sebagai wujud nyata keperdulian yang sudah seharusnya muncul dalam kehidupan bersosialisasi. Apabila Marisol tidak datang sebagai tetangga yang memiliki banyak rasa keperdulian, mungkin hidup Otto akan berakhir dengan tragis.

Ikatan Hanks dan Trevino yang Sangat Menjiwai

Karakter bernama Otto Anderson dalam A Man Called Otto di perankan salah satu aktor kawakan Hollywood, yakni Tom Hanks. Aktingnya dalam film ini sudah tidak perlu di ragukan lagi.

Ia sukses membuat para penonton dapat merasakan kesedihan yang begitu mendalam setelah ditinggal selama-lamanya oleh sang istri. Ya, walaupun wataknya sangat menjengkelkan kepada beberapa karakter lain.

Tapi, ada pemain lain yang aktingnya pantas mendapat apresiasi dalam film ini, yakni Marisol yang di perankan oleh aktris bernama Mariana Trevino. Wanita kelahiran Meksiko ini mampu membuat sosok Marisol sebagai orang yang sangat mudah mendapatkan penggemar dari penonton.

Bahkan dia juga mampu membangun sebuah ikatan yang sangat bagus bersama Tom Hanks. Dengan begitu, tiap interaksi yang di munculkan oleh Marisol dan Otto terlihat mengharukan sekaligus menyenangkan.

Kesimpulan

Sebagai karakter utama, Hanks sukses membawakan Otto secara konsisten. Pengalamannya dalam dunia perfilman Hollywood sanggup membuat pemain utama terlihat lebih masuk akal dengan semua kemarahannya dalam film ini.

A Man Called Otto pun juga semakin hidup dengan kemunculan Trevino yang ternyata bisa mengimbangi peran Hanks. Kehadiran Marisol jadi lebih bagus untuk di tonton bersama keluarga tercinta.

Dalam hal teknis, tidak ada yang betul-betul menonjol di A Man Called Otto ini. Pemakaian color tone konsisten berkarakteristik warm dan cool, sinematografi yang terasa steady, sampai scoring yang sangat dramatis membuatnya sangat nyaman di tonton. Walaupun bukan pencapaian sinematik paling baik dalam perfilman Hollywood.

Dengan kisah yang terbilang simpel dan juga heartwarming mengenai seberapa besar pentingnya rasa perduli kepada sesama, review film A Man Called Otto datang dengan pesan kuat. Bahkan seharusnya bisa masuk ke dalam sanubari bagi siapa saja yang menonton film ini.

Mungkin kebaikan yang terlihat cukup sederhana nyatanya memiliki efek besar dalam kehidupan seseorang. Harus di ingat, lebih baik kamu menyiapkan beberapa lembar tisu lebih dulu sebelum melihat film satu ini.

Comments